salah satu ciri kurikulum
2013 untuk SD, mata pelajaran IPA dan IPS akan menjadi materi pembahasan di semua mata pelajaran. Prosesnya, tema-tema yang ada di dua mata pelajaran itu diintegrasikan kepada enam mata pelajaran yang akan menjadi muatan pelajaran SD. Nggak paham. Jujur, saya gagal paham bagaimana bisa materi IPA dan IPS diintegrasikan? Bukannya kalau mempelajari sesuatu harus komprehensif ya? Kalau hanya sambil lalu, bagaimana hasilnya? Masih di berita online, di sana juga menuliskan jika perubahan yang ditawarkan Kurikulum 2013 ini membuat generasi muda Indonesia
kreatif, inovatif, dan berkarakter. Tapi dari pernyataan yang diberikan lewat televisi tadi, kok terlihat kontras ya. “
Guru tidak lagi dibebani buat silabus, berikan bahan, konten, juga prosedur pengajaran”. Nah, ini lucu menurut Saya. Jadi Guru tinggal
taken for granted gitu? Dimana kreatifnya
Biar bagaimanapun, Guru adalah orang yang paling tahu kondisi dan permasalahan apa yang ada di lapangan, kan Guru yang berinteraksi dengan dengan siswa. Kalau Guru saja tinggal mengikuti apa yang sudah dibuat kurikulum, bagaimana mereka bisa mencetak siswa yang juga berpikir kritis?
Belum lagi kalo dilihat dari persebaran penduduk di Indonesia, dengan tidak mengecilkan atau mengerdilkan kemampuan dan keterampilan Guru, rasanya kok masih ada
gap antara Guru di kota dengan Guru yang dengan heroiknya mengajar di daerah terpencil. Perbaiki dulu sih mutu Guru, setidaknya mengurangi gap tersebut.
Mbok kalau bisa nih ya, jangan dong berlaku egois dengan alasan transformasi, kemudian mengubah kurikulum what is so called Inovatif. Salah satu narasumber yang Mata Najwa tadi mengatakan jika “
“Guru di Singapura dilatih 100jam/tahun, tapi disini ada guru SD hingga pensiun tidak pernah ikut pelatihan. “
Saya nggak tahu pelatihan seperti apa yang dimaksud, tapi sepengetahuan sempit saya, Ibuk yang guru SD pernah ikut pelatihan komputer, tapi itu terkait uji kompetensi Guru Sertifikasi sih, dan beliau mengatakan, masih adaGuru yang belum bisa mengoperasikan laptop, Lagi-lagi, paparan ini tidak untuk mengecilkan kemampuan Guru, cuma memperlihatkan saja bahwa kenyataan semacam ini masih ada di lapangan.
Disebutkan pula jika kurikulum yang baru ini sama sekali jauh dari paradigma proyek buku. Tapi disadari atau enggak, setiap perubahan kurikulum biasanya diikuti dengan perubahan buku ajar atau teks. Jadi ingat, dulu jaman Saya SMP, buku-buku pelajaran masih bisa dipinjam dan dipakai adik kelas, tapi pas jaman adiknya saya SMP, bukunya sudah nggak bisa dipakai adik kelasnya karena kurikulum berbeda dan otomatis buku nya juga beda pula.
Sekolah di Indonesia itu kan mahal, Tuan! Meskipun Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD (Pasal 31 ayat 4), tapi kenyataannya? Eng ing eng..
Menurut saya sih, pembelajaran itu harus berkesinambungan. Ada keterkaitan antara materi yang diberikan di SD, SMP, SMA. Jika pendidikan mengalami kurikulum yang seringkali diubah, maka kesinambungan itu nggak bakal ada. Kapan mau jadi Ahli?
Terungkap juga pernyataan semacam ini:
“Harusnya dari awal pembuatan kurikulum tidak hanya melibatkan ahli tapi juga melibatkan kami para guru.” Jadi, selama ini nggak ada representasi dari Guru? Nah, jangan sampai ya kurikulum baru ini hanya menghabiskan dana yang nantinya mubazir. Apa mending tidak lebih jika melakukan evaluasiKTSP 2006 yang disuarakan banyak kalangan pemerhati pendidikan sebagai kurikulum yang sudah baik? Entahlah.
*dengerin Armada lagi ahhh*
Sebagai kesimpulan, Saya masih percaya Education builds the nation. Sukses dan bermatabatnya sebuah bangsa bisa dilihat dari bagaimana pendidikan yang dienyam warga Negara. Saya sih berpikiran positif, pemerintah tentunya memiliki niat baik, sangat baik untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia, tapi ya mbok kalau bisa dengarkan aspirasi mereka yang berkecimpung di dunia pendidikan, yang dengan heroiknya berjuang secara nyata untuk mencetaknya generasi terbaik.
Hemm, maapkan jika ada yang salah dan menyinggung, hanya jeritan seorang mahasiswi yang lagi selow saja. Salam sungkem dan hormat untuk Pendidik di Indonesia. I owe you, Guru!